Sehari-harinya saya hanya tinggal bersama suami dan Rachel. Suami saya berangkat kerja sekitar pukul 09.00 dan sekitar jam 20.00 sudah di rumah.
Kami tinggal di kontrakan sederhana yang cukup untuk bertiga di komplek cukup besar. Dengan halaman kecil di depan yang dilengkapi gazebo kayu untuk menerima tamu yang merokok (di dalam rumah kami terapkan aturan dilarang merokok), lalu buka pintu rumah langsung ruang utama dengan sofa tamu dan buffet untuk TV. Dari ruang itu bisa dilihat dapur, meja makan kecil (hanya untuk 2 orang) dan kamar mandi. Lalu ada 2 kamar berdampingan (1 kamar utama, 1 kamar main Rachel) yang di antaranya ada pintu untuk ke halaman belakang yg di sana terdapat taman kecil dengan bebatuan untuk refleksi kaki, ayunan, dan kolam ikan. Juga biasa saya pakai untuk menjemur pakaian.
***
Saat itu sekitar jam 14.00, langit mendung dan saya langsung angkat jemuran di halaman belakang. Rachel yang tadi sedang bermain boneka di ruang utama menghampiri saya. Katanya, "Nda, ada itu!" sambil menunjuk ke arah ruang utama. Pintu selalu saya kunci. Namun mugkin Rachel memberitahu saya bahwa ada tamu. Saya ke ruang utama dengan diikuti Rachel yang berjalan lompat-lompat sambil bernyanyi ala anak kecil. Sampai ruang utama, dia kembali bermain dengan bonekanya dan saya lihat di depan dari tirai ruang utama tidak ada siapa-siapa. Saya pikir, 'mungkin dia lihat serangga'.
***
Besoknya sekitar jam 16.00, suami saya sedang izin kerja dan sedang duduk di ayunan belakang dengan memangku Rachel sambil membaca berita di gadgetnya. Lalu Rachel minta diturunkan dari pangkuannya dan menghampiri saya yang sedang masak nasi. Dia tanya saya sedang apa, bikin makan untuk siapa, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang biasa dilontarkan anak kecil. Lalu dia bilang ke saya, "Kalo itu ngapain, Nda?" sambil menunjuk ke salah satu kursi meja makan. Saya tanya balik, "Itu yang mana?" lalu pandangan saya beralih ke gambar rajutan anak lelaki sedang bernyanyi yang dipajang di dekat meja makan. "Oh kalau itu masnya lagi nyanyi". Kata Rachel, "Nggak nyanyi, Ndaaaa....". Lalu dia sibuk mainan air dingin dari dispenser sambil ngomong sendiri kurang jelas, tapi saya dengar sekilas dia bicara, "Main cini teyus". Saya anggap, 'ah biasa, bawelnya anak kecil'.
***
Besok malamnya sekitar jam 20.30an, suami saya belum sampai rumah karena kena macet di tol yang disebabkan tabrakan beruntun. Saya menemani Rachel main di kamar bermainnya. Kamar tersebut ada jendela yang menghadap ke taman belakang. Jendelanya selalu saya buka agar udara di kamar bermain tidak lembab (karena tidak pakai AC, kipas angin, maupun exhaust). Lalu Rachel naik ke sofa Hello Kitty dekat jendela, lalu melihat-lihat keluar. Katanya "Itu main ayunan". Sambil menunjuk ke arah ayunan yang saya lihat statis, tidak ada siapa-siapa. Saya tanya, "Rachel mau main ayunan?". Lalu dia jawab, "Tapi sama Nda aja". Lalu saya ajak dia ke halaman belakang. Kata Rachel, "Mau sama Nda aja!". Saya gendong dia, "Iya ayo sama Bunda". Lalu kami duduk di ayunan berbahan kain itu. Rachel merengek rewel bilang, "Mau sama Nda, mau sama Nda aja" dan ujung-ujungnya nangis kencang. Akhirnya saya pun membawa dia masuk untuk mengajaknya tidur karena saya pikir dia rewel karena ngantuk.
***
Beberapa hari setelah itu, sekitar jam 19.00, dia menunjuk fokus ke satu sudut di ruang utama. Katanya, "Nda itu!". Entah kenapa melihat ke pojok searah telunjuk Rachel mengarah, saya merasa kurang nyaman. Lalu saya ajak Rachel masuk kamar saja sambil nonton TV di kamar.
Suami saya sampai rumah sekitar jam 21.00. Setelah mandi, makan, segala macam, dia masuk kamar dan ganti channel ke siaran luar yang khusus memutar film-film (tadinya saya sedang setel food channel). Rachel masih bangun saat itu sedang becanda dengan saya dan suami. Saat itu suami sedang setel film action. Lalu iklan film yang hanya menampilkan review beberapa film dalam waktu dekat, sebentar lagi halloween dan iklan tersebut menunjukkan cuplikan film horror yang sedang menampilkan bagian wanita menggunakan baju putih panjang gantung diri di pohon besar yang berada di rumah tua. Saat itu kebetulan Rachel sedang fokus ke TV dan dia langsung ngomong "Itu itu, Nda!" dengan antusias lalu menimpuk TV pakai dot kosong yang sedang dia pegang. "Eehh Rachel nggak baik gitu. Kalo TVnya rusak gimana, Rachel nggak bisa nonton di kamar", kata ayahnya. Lalu Rachel ngerajuk sambil memeluk ayahnya. Seketika saya langsung bengong dan deg-degan. Saya tidak menceritakan apapun ke suami saya karena dia bukan tipe yang takut dengan hal-hal di luar penglihatan orang normal umumnya.
***
Hari-hari selanjutnya, makin sering Rachel menunjukan 'itu' di tempat yang berpindah-pindah, kecuali di kamar utama kami. Sampai ada titik dimana saya takut untuk keluar kamar. Tapi saya sadar bahwa saya tidak boleh memberikan contoh buruk ke Rachel. Ditambah lagi setiap ada iklan review film horror yang menunjukan wanita dengan rambut panjang menutupi muka, Rachel selalu bilang dengan antusias, "Itu tu Nda, ada itu" sambil menunjuk TV. Saya sempat ceritakan hal tersebut ke suami, katanya, "Ah kenalan aja kok". Akhirnya saya selalu berpositive thinking. Setiap Rachel menunjukan 'itu' di rumah saya kasih dia sapu lidi, saya bilang "Usir coba usir". Selalu dia lakukan sambil 'hus-hus' dan katanya, "Udah pelgi!" lalu Rachel berikan lagi sapu lidinya ke saya. Saya tanya, "Pergi kemana?". Katanya, "Ndak tau".
Jujur ketakutan itu selalu ada apalagi sehari-harinya saya hanya berdua dengan Rachel. Namun saya percaya bahwa Rachel mampu 'melindungi' saya. Akhirnya saya selalu berusaha untuk tidak berpikiran yang aneh-aneh dan tiap pagi-sore sebelum maghrib, pintu selalu saya buka.
***
Suami tampaknya menangkap gelagat saya yang kurang nyaman belakangan ini. Akhirnya dia memutuskan untuk pindah kontrakan ke rumah dekat orangtua saya. Sejak pindah rumah sampai saat ini, Rachel tidak pernah menunjukan 'itu lagi'. Pernah beberapa hari yang lalu ketika Rachel menatap saya gadgetan, saya sengaja googling foto 'miss kunkun' tanpa menyuruh Rachel dengan sengaja melihat ke gadget. Tapi dia yang kepo melihat layar gadget saya, lalu bilang, "Itu ya, Nda" sambil tunjuk-tunjuk layar HP saya. Saya langsung close Google dan bilang dalam hati, "Baiklah. Semoga nggak ada 'itu' lainnya di sini"
***